"MAHASISWA PENDIDIK, REALISASI VARSITI"



SUNGGUH AMANAH ITU BERAT 
~SEMOGA DIRI INI TERUS THABAT DAN TIDAK SEKALI-KALI FUTUR DI PERJALANAN DAKWAH~

Nik Azrul Nik Kamarudin
Exco Kebajikan dan Kemasyarakatan
Majlis Perwakilan Pelajar 
UPSI



ISLAM DULU,KINI & SELAMANYA


hadis hari ini

fikir sejenak

pengalaman mengajar kedewasaan

UPSI di hatiku

Wednesday, September 2, 2009

Puasa Membentuk Masyarakat Islami

"Dan Apabila Hamba-HambaKU bertanya tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah dia memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". (QS 2:186)

Menegakkan nilai-nilai Islam dimuka bumi ini merupakan suatu keharusan yang mesti dicita-citakan dan diupayakan secara konkrit oleh setiap muslim. Salah satu langkah awal yang harus dimulai adalah membentuk setiap muslim menjadi orang-orang yang berkepribadian Islami dan dimungkinkan dilahirkan masyarakat yang Islami, karena masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga dan keluarga ini terdiri dari individu. Ini berarti manakala masyarakat yang Islami ingin kita wujudkan, maka langkah awal adalah mewujudkan kepribadian yang Islami pada diri seorang Muslim, dan puasa menjadi salah satu faktor penting bagi terbentuknya pribadi yang Islami itu.
Berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits, kita bisa simpulkan bahwa puasa itu memiliki pengaruh yang sangat positif bagi perkembangan pembentukan pribadi yang Islami, hal ini karena ada beberapa fungsi utama puasa dalam kaitan ini.

1. Pakaian Taqwa

Orang yang berpuasa biasanya amat berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Bila ia ingin melakukan sesuatu, maka apa yang akan dilakukannya itu dipertimbangkannya matang-matang, apakah sesuai dengan keinginan Allah swt atau tidak, bila tidak maka dia tidak jadi melakukannya meskipun dia ingin sekali melakukannya karena ada keuntungan duniawi.

Karena itu orang-orang yang berpuasa diumpamakan seperti oarang yang memakai pakaian yang putih, akan dengan jelas keliatan kotor bila dia duduk ditempat yang kotor, inilah diantara makna firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". (QS 2:183)
Dengan taqwa seorang muslim akan selalu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, baik dalam keadaan sunyi maupun ramai dan dimanapun dia berada.

2. Pelindung dari Kejahatan

Disamping sebagai pakaian taqwa, puasa juga bisa berfungsi sebagai perisai atau benteng yang melindungi seorang dari melakukan kejahatan atau kemaksiatan, apalagi setiap orang yang berpuasa memang harus menahan dan mengendalikan diri sehingga tidak menuruti begitu saja keinginan yang tidak baik dan tidak benar. Rasulullah saw bersabda:

"Puasa itu benteng, bila seseorang diantara kamu berpuasa, hendaklah ia tidak berkata kotor dan berlaku jahil. Bila ada seseorang yang memaki dengan kata-kata dan hendak diserang hendaklah ia berkata: "sesungguhnya aku berpuasa". (HR Abu Daud dan Bukhari)

Manakala seseorang berhasil mengambil didikan dari ibadah Ramadhan, tentunya masyarakat Islam akan segera terwujud, karena dengan demikian kebaikan akan selalu dikerjakan dan keburukan akan selalu dihindarinya serta hubungan yang harmonis dengan sesama anggota masyarakat akan tercipta.

3. Tradisi Taqarrub Illahi

Ibadah puasa juga mendidik seorang muslim untuk selalu merasa dekat dengan Allah swt. Dan manakala perasaan ini telah tumbuh pada dirinya, niscaya seorang muslim tidak berani menyimpang dari jalan Allah. Seluruh peribadatan didalam Islam memang telah mendidik seorang muslim untuk selalu merasa diawasi oelh Allah swt, namun ibadah puasa dengan rangkaian lainnya di bulan Ramadhan lebih kuat lagi.
Bentuk-bentuk ibadah yang mendekatkan hubungan kita kepada Allah itu misalnya Qiyamullail (Tarawih dan Witir), memperbanyak tilawah Al-Qur`an dan mentadabburi (mengkaji)-nya, i`tikaf di masjid yang membebaskan seorang muslim dari kesibukanduniawi dan sebagainya.

Manakala seorang muslim telah melaksanakan rangkaian ibadah Ramadhan, semestinya dia betul-betul merasakan kedekatan dirinya dengan Allah swt sehingga tak berani lagi melakukan kemaksiatan karena selalu dalam pengawasan Allah, selalu bersama Allah dalam hidupnya, apalagi dalam rangkaian ayat tentang puasa, Allah juga menegaskan soal ini dalam firman-Nya:

"Dan apabila hamba-hambaKU bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat". (QS 2:186)
Dengan demikian kita bisa membayangkan betapa indahnya kehidupan seorang muslim manakala tradisi taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan bisa ditindaklanjuti pada sebelas bulan berikutnya hingga Ramadhan yang akan datang.
Bila tradisi taqarrub ilallah betul-betul bisa kita lanjutkan sesudah Ramadhan berakhir, niscaya masyarakat Islami betul-betul bisa terrealisasikan

4. Mendidik Keikhlasan

Allah swt menghendaki setiap muslim agar dalam beramal harus mendasarinya dengan keikhlasan. Allah tahu betapa banyak manusia yang tidak ikhlas dalam melakukan sesuatu dan keikhlasan itu sendiri memang terasa berat untuk bisa dilaksanakan. Agar keikhlasan bisa kita miliki, maka Allah mendidik kita melalui ibadah puasa.
Orang yang melaksanakan berbagai ibadah lain memang dapat dilihat dengan jelas dari ucapan atau gerak-geriknya, orang yang shalat kelihatan gerak-gerik dan bacaannya, begitu juga orang yang melaksanakan ibadah haji, zakat dan sebagainya, tapi berpuasa tidaklah kelihatan, dan orang yang mau membatalkan puasa pun bisa saja melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Karena itu puasa amat mendidik kita untuk menjadi orang yang ikhlas dalam melakukan sesuatu, karena itu pula Allah menyatakan bahwa puasa itu untuk-Nya dan berapa besar pahalanya juga dirahasiakan oleh Allah swt, Rasulullah bersabda:

"Setiap amal Bani Adam dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat. Allah berfirman: "kecuali berpuasa, puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya. Ia tinggalkan (tuntunan) hawa nafsu syahwat dan makanya semata-mata karena Aku". Orang yang berpuasa mendapat dua kebaikan, ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah lebih wangi daripada bau parfum Misik (Kesturi)". (HR Muslim).
Dengan demikian, bagi seorang muslim yang telah berpuasa, dalam melakukan sesuatu yang baik akan dilakukannya dengan penuh keikhlasan, dengan keikhlasan meskipun pelaksanaan ajaran Islam sebagai sesuatu yang berat, dia akan menjalankannya dengan perasaan ringan dan itu telah dibuktikannya melalui puasa yang berat.

5. Disiplin Dalam Berislam

Melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, amat diperlukan kedisiplinan dan kejujuran. Meskipun seorang muslim telah merasakan lapar dan haus yang sangat, dia tidak boleh makan dan minum sebelum waktunya untuk berbuka, atau sedang asyiknya dia makan dan minum serta melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan sewaktu berpuasa, kalau waktunya sudah habis dan mulai untuk berpuasa, maka dia harus segera menghentikannya, ini namanya disiplin.

Setelah berbuka puasa dan shalat Maghrib, meskipun perut masih dalam keadaan kenyang, badan terasa lelah dan mata terasa ngantuk, karena sudah waktunya sholat Isya` dan Tarawih, maka kita lawan keinginan untuk beristirahat guna menunaikan shalat, ini namanya disiplin.

Ketika tidur melum menghilangkan ngantuk, sementara waktu untuk santap sahur sudah tiba, maka dengan senang hati kita bangun dari tidur lalu makan sahur dan selanjutnya shalat Subuh, ini juga namanya disiplin.
Bahkan waktu-waktu senggang di bulan Ramadhan tidak mau kita habiskan dengan sekedar permainan yang menghabiskan waktu secara percuma, tapi kita isi dengan tilawah dan tadabbur (mengkaji) Al-Qur`an serta mendalami ajaran Islam lainnya, inipun namanya disiplin.

Dengan demikian sebenarnya ibadah Ramadhan itu mendidik kita untuk menjadi seorang Muslim yang disiplin dalam menjalankan ajaran Islam, tidak hanya pada bulan Ramadhan, tapi juga pada bulan-bulan berikut sesudah Ramadhan. Bila kaum muslimin telah disiplin dalam menjalankan ajaran Islam niscaya terbentuklah masyarakat yang Islami.

6. Memperkokoh Hubungan Sesama

Di bulan Ramadhan, hubungan dengan sesama muslim juga harus kita perkokoh, karena itu shalat berjamaah kita relatif lebih banyak pada bulan Ramadhan, kumpul-kumpul sesama muslin juga demikian, nahkan tak segan-segan kita membantu orang yang lebih susah dari kita yang disimbolkan dalam bentuk penunaian zakat fitrah dan kesedian kita berkumpul dengan seluruh lapisan masyarakat muslim di tanah lapang dalam pelaksanaan shalat Idul Fitri.

Saling bahu membahu dengan sesama muslim juga nampak dari anjuran Rasulullah untuk memberi makan dan minum kepada orang yang berbuka puasa dan pahalanya sangat besar meskipun hanya memberikan sebutir kurma, seteguk air ataupun sesendok susu asam, Rasul saw bersabda:

"Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa maka ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahalanya". (Ahmad)
Manakala hubungan sesama muslim telah terjalin dengan kokoh, maka masyarakat Madinah yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar yang menjadi cikal bakal masyarakat Islam akan terwujud.

Dengan demikian manakala ibadah Ramadhan bisa kita jalani dengan sebaik-baiknya, tidaklah belebihan kalau Ramadhan itu dapat mewujudkan masyarakat yang Islami.

No comments:

Related Posts with Thumbnails